Kamis, 14 Maret 2013
laporan Isolasi Bakteri dan Jamur
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang.
Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini disebut mikrobiolog. Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista dan alga renik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya meskipun banyak yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan dalam cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu memperbanyak diri secara mitosis. Mikroorganisme berbeda dengan sel makroorganisme. Sel makroorganisme tidak bisa hidup bebas di alam melainkan menjadi bagian dari struktur multiselular yang membentuk jaringan, organ, dan sistem organ. Sementara itu, sebagian besar mikrooganisme dapat menjalankan proses kehidupan dengan mandiri, dapat menghasilkan energi sendiri, dan bereproduksi secara independen tanpa bantuan sel lain.
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Dalam pelaksanaan isolasi mikrobia perlu dilakukan kegiatan sterilisasi alat-alat laboratorium terlebih dahulu.
Sterilisasi adalah cara untuk mendapatkan suatu kondisi bebas mikroba atau setiap proses yang dilakukan baik secara fisika, kimia, dan mekanik untuk membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme. Dalam bidang mikrobiologi baik dalam pengerjaan penelitian atau praktikum, keadaan steril merupakan syarat utama berhasil atau tidaknya pekerjaan kita di laboratorium.
Sterilisasi dilakukan terhadap bahan dan alat sehingga terbebas dari kontaminasi mikroorganisme lain. Sterilisasi perlu dilakukan karena kontaminasi mikroba lain akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan karena kontaminan meningkatkan persaingan di dalam mengkonsumsi substrat sehingga akan mengurangi perolehan, kontaminan dapat menghambat turbiditas sehingga dapat mengacaukan pengukuran terhadap jumlah sel setiap saat, kontaminan dapat menghambat proses metabolisme sel sehingga akan mengurangi perolehan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami cara mengisolasi bakteri dan jamur.
2. Mengetahui cara pembuatan media untuk pembiakan bakteri dan mikrobia.
3. Mengetahui dan memahami cara sterilisasi alat laboratorium.
4. Mengidentifikasi dan menganalisis morfologi bakteri dan mikrobia.
BAB 2. METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum isolasi bakteri dan jamur dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 23 Oktober 2012 jam 07.00 WIB-09.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Penyakit Tanaman Gedung HPT Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pengamatan hasil isolasi bakteri dilakukan pada hari Rabu, jam 09.30 - selesai. Pengamatan hasil isolasi jamur pada hari Kamis, jam 12.00 – 13.40 WIB.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
a. Laminar f. Tabung reaksi
b. Autoclave g. Alat pengocok (seker)
c. Cawan petridis h. Lampu bunsen
d. Jarum ose i. Mikroskop (pengamatan)
e. Jarum ent j. Korek api
2.2.2 Bahan
a. Media NA
b. Media PDA
c. Air sungai dan sawah
d. Jamur tempe
e. Alkohol 70%
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Isolasi Bakteri Metode Goresan
1. Mencairkan nutrient agar (NA) dalam penangas air.
2. Mendinginkan sampai suhu 500 C.
3. Menuangkan medium nutrient agar tersebut ke dalam Petridis steril secara aseptic, membiarkan sampai dingin dan padat.
4. Mengambil 1 ose suspensi bahan yang mengandung bakteri atau campuran biakan bakteri tersebut secara aseptik, kemudian membuat goresan pada permukaan agar.
5. Membalikan Petridis yang telah diberi ektet dan membungkus kembali,
6. Menginkubasikan pada suhu 370 C selama 48 jam.
7. Sesudah inkubasi akan tampak koloni-koloni yang terpisah-pisah yang berasal dari satu sel bakteri.
8. Memilih dari masing-masing tipe koloni satu saja yang merupakan satu jenis bakteri.
9. Mengambil secara aseptic dengan ose satu koloni yang dikehendaki dan mensuspensikan dalam air steril.
10. Memeriksa dengan pengecatan gram.
2.3.2 Isolasi Bakteri Metode Taburan
1. Mensuspensikan bahan yang mengandung bakteri atau campuran bakteri seencer mungkin, supaya bila terjadi koloni-koloni yang terpisah sehingga mudah diisolasi
2. Mencairkan nutrient agar dalam penangas air
3. Mendinginkan nutrient agar sampai suhu 500 C, selanjutnya menginokulasi 1 ose suspensi bahan yang mengandung bakteri atau campuran bakteri secara aseptic
4. Menggojog secara hati-hati supaya tercampur merata
5. Menuangkan ke dalam Petridis secara aseptik dan ratakan
6. Memberi etiket, bungkus dan selanjutnya mengamati pertumbuhan dan sel bakteri dengan pengecatan gram atau lainya.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel hasil pengamatan bakteri.
No Asal Bahan Metode Keterangan
Streak plate Pour plate
1. Air sawah
(1 cc) 10-1 A.
A. Kelainan warna :
putih
Pembentukan :
Lebat
B. Warna koloni : putih
Bentuk koloni : oval
Bentuk tepi : halus
Jumlah : 35
Sifat gram : gram negative
2. Air sungai
(1 cc) 10-1
B.
Tabel hasil pengamatan jamur tempe.
No. Asal Bahan Gambar Morfologi
1. Jamur tempe Bentuk sel : bulat
Warna : putih
3.2 Pembahasan
Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe. Jamur ini aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur ini juga mampu menghasilkan protease. Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986), Rhizopus oryzae tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian, semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehingga jamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air untuk jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air, jumlah nutrien dalam bahan juga dibutuhkan oleh jamur.(Pratidina,2008)
Isolasi mikrobia merupakan pemisahan mikrobia tersebut dari lingkungan di alam dan menumbuhkan sebagai biakan murni dalam medium buatan. Untuk menanam mikrobia perlu diperhatikan faktor nutrisi dan kebutuhan oksigen (gas O2 atau udara)sebab ada microba yang membutuhkan oksigen (aerob) dan ada juga yang tidak membutuhkan oksigen (anaerob).
Isolasi mikrobia sebenarnya memiliki banyak cara yang dapat digunakan untuk isolasi mikrobia, yang terpenting dalam pengerjakan isolasi harus memperhatikan beberapa hal yang terpenting seperti, sifat spesies mikrobia, tempat hidup mikrobia, medium untuk tumbuh, cara penanam mikrobia, cara inkubasi mikroba, cara pengujian mikrobiologi, dan cara memilihara mikrobiologi.
Isolasi bakteri sedikit berbeda dengan mikrobia, bakteri yang terdapat di alam jarang dalam keadaan murni, kebanyakan merupakan campuran bermacam-macam spesies bakteri. Ada dua cara yang biasanya digunakan untuk mengisolasi bakteri yaitu cara goresan (streak plate) dan cara tabur (pour plate).
Metode tebar adalah metode yang menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril, setetes mokolum diletakkan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan petri. Kultur ini disebarkan dalam medium batang yang sama yang dapat digunakan menginokurasikan dua pinggan untuk penyebaran bakteri agar merata dengan baik pada beberapa pinggan akan muncul koloni yang terpisah-pisah.
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni.
Berdasarkan penjelasan tentang sterilisasi, isolasi dan pembuatan media tanam untuk mikroba dan bakteri perlu diadakan sebuah penelitian agar dapat mengetahui morfologi mikroba dan bakteri. Metode yang digunakan adalah metode tabur dan metode sebar.
BAB 4. KESIMPULAN
Isolasi mikrobia merupakan pemisahan mikrobia tersebut dari lingkungan di alam dan menumbuhkan sebagai biakan murni dalam medium buatan. Media tersebut dapat berupa media NA dan media PDA.
Isolasi bakteri dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya cara streak plate dan pour plate. Sebelum melakukan isolasi tersebut perlu dilakukan kegiatan sterilisasi alat-alat laboratorium agar seluruh alat terhindar dari bakteri dan media tidak terkontaminasi jamur ataupun patogen yang tidak dikehendaki.
DAFTAR PUSTAKA
Nobeanagbio.2011.teknik sterilisasi alat . http://noberanagbio.blogspot.com/2011/11/bab-i-pendahuluan_13.html.Diakses pada 28 Oktober 2012.
Pratidina et al.2008.Isolasi dan Identifikasi mikrop dari tempe sorgum coklat.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/920895105_1411-5131.pdf.Diakses pada 28 Oktober 2012.
Putu.2011.Isolasi dan identifikasi Rhizopus oligosporus.http://www.scribd.com/doc/28787199/Isolasi-Dan-Identifikasi-Rhizopus-Oligosporus. Diakses pada 28 Oktober 2012
Aguskrisno.2011. isolasi mikroorganisme dalam proses pembuatan enzim. http://aguskrisnoblog.wordpress.com. Diakses pada 31 oktober 2012
Kistinah et al.2009.Biologi makhluk hidup dan lingkungannya.Surabaya:Media utama
laporan pengaruh cahaya terhadap kecepatan fotosintesis
UNIVERSITAS
JEMBER
FAKULTAS
PERTANIAN
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN DASAR
LAPORAN
PRAKTIKUM
NAMA :
MUHAMAD GUNTUR RAHARJO
NIM :
121510501170
GOL / KELOMPOK : D / 4
ANGGOTA :
1. YUNIKE RESA PISTANTI (121510501140)
2.
NURHUDA MUHAMMAD F (121510501153)
3.
FITRI ANI (121510501155)
4.
REZA ANUGRAH M. (121510501169)
5. SAFIRA ARIKHA M. (121510501165)
6.
ARIF ROSIDIN (121510501171)
7.
NUR HIDAYATULLAH (121510501172)
8.
M. KHOIRUL AMRULLOH (121510501190)
JUDUL ACARA :PENGARUH
KUALITAS CAHAYA TERHADAP
KECEPATAN FOTOSINTESIS
TANGGAL PRAKTIKUM : 7 MARET 2013
TANGGAL PENYERAHAN : 10 MARET 2013
ASISTEN : 1. MOH.
AMINNUDDIN
2.
ASRI RINA H
3.
FAJAR FIRMANSYAH
4.
FAKHRUSY ZAKARIYYA
5.
KHUSNUL KHOTIMAH
6.
NORMA LAILATUN NIKMAH
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada dasarnya,
semua kehidupan diatas bumi ini tergantung langsung dari adanya proses
asimilasi CO2 menjadi senyawa kimia organik dengan energi yang didapat dari
sinar matahari. Dalam proses ini energi sinar matahari (energi foton) ditangkap
dan diubah menjadi energi kimia dengan proses yang disebut fotosintesis.
Fotosintesis adalah proses pembentukan makanan (glukosa) pada tumbuhan yang
mengandung zat hara, air dan karbondioksida dengan bantuan sinar matahari.
Proses
fotosintesis ini hanya akan terjadi bila ada cahaya dan melalui klorofil yang
terdapat dalam kloroplas. Pada tumbuhan tingkat tinggi, biasanya kloroplas terbatas
pada sel-sel batang muda, buah buah belum matang, dan daun. Daun inilah yang
merupakan pabrik fotosintesis pada tumbuhan.
Pada umumnya,
sel fotosintesis mengandung satu sel atau lebih pigmen klorofil yang berwarna
hijau. Berbagai sel fotosintesis lainnya seperti pada ganggang dan bakteria,
berwarna coklat, merah, atau ungu. Hal ini disebabkan oleh adanya pigmen lain
disamping klorofil yaitu pigmen pelengkap
seperti karotenoid yang berwarna
kuning, merah atau ungu dan pigmen fikobilin
yang berwarna biru atau merah.
Fotosintesis
pada tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti intensitas cahaya (laju
fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya), konsentrasi karbondioksida
(semakin banyak karbon dioksida diudara, makin banyak jumlah bahan yang dapat
digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis), suhu (enzim-enzim yang
bekerja dalam proses fotosintesisnya dapat bekerja pada suhu optimalnya).
Berdasarkan penjelasan
diatas mengenai fotosintesis, maka dilakukanlah praktikum ini sehingga kita
dapat melihat bagaiman fotosintesis berlangsung dan mengetahui apa saja faktor
yang dapat mempengaruhi lajunya dan apa yang dihasilkan dari proses
fotosintesis. Sehingga kita dapat membandingkan antara teori yang kita dapat
dari proses pembelajaran dengan hasil yang kita temukan di dalam praktikum.
1.2
Tujuan
Mengetahui
pengaruh kualitas cahaya terhadap kecepatan fotosintesis tanaman dengan
indikator produksi oksigen tiap satuan waktu.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
6CO2 + 6H2O C6H12 O6 + 6O2. Fotosintesis berlangsung dalam kloroplas yang berisi klorofil. Klorofil dibedakan atas klorofil a dengan rumus molekul yang berwarna hijau tua dan klorofil b dengan rumus molekul yang berwarna hijau muda. (Jumin, 1994)
Laju
fotosintesis berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh pada berbagai daerah yang
berbeda seperti gurun kering, puncak gunung, dan hutan hujan tropika sangat
berbeda. Kapasitas fotosintesis daun diartikan sebagai laju fotosintesis per
satuan luas daun pada keadaan cahaya jenuh, konsentrasi CO2 dan O2
normal, suhu optimum dan kelembapan. (Frank dan Ross, 1992)
Terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fotosintesis yakni H2O,
CO2, cahaya, hara, dan suhu. Diantara beberapa faktor tersebut yang
paling berpengaruh dalam proses fotosintesis adalah faktor cahaya. Cahaya
sering membatasi fotosintesis terlihat juga dengan menurunnya laju penambahan
CO2 ketika tumbuhan terkena bayangan awan sebentar. (Thenawidjaja,
1990)
Cahaya merupakan
sumber energi untuk fotosintesis. Energi cahaya yang diserap oleh tumbuhan
tergantung pada intensitas sumber cahaya, lama penyinaran dan panjang gelombang
cahaya. Pada batas-batas tertentu, semakin tinggi intensitas cahaya matahari
maka semakin banyak energi cahaya yang diserap oleh klorofil, sehingga laju
fotosintesis meningkat. Cahaya matahari dengan intensitas terlalu tinggi akan
menimbulkan kerusakan pada klorofil. (Jumin, 1989).
Cahaya merupakan
sumber energi bagi mikroalga untuk melakukan fotosintesis, tetapi tidak semua
spektrum cahaya dipergunakan oleh mikroalga dalam proses fotosintesis.
Penyinaran yang digunakan secara optimal oleh mikroalga untuk proses
fotosintesis adalah panjang gelombang yang berkisar antara 400 nm – 680 nm.(Daniyati
et al , 2012)
Energi cahaya
diubah menjadi energi kimia oleh pigmen fotosintesis yang terdapat pada membran
interna atau tilakoid. Pigmen fotosintesis yang utama ialah klorofil dan
karotenoid. Klorofil a dan b menunjukkan absorpsi yang sangat kuat untuk
panjang gelombang biru dan ungu, jingga dan merah (lembayung) dan menunjukkan
absorpsi yang sangat kurang untuk panjang gelombang hijau dan kuning hijau.
(Ai, Nio 2012)
Laju fotosintesis akan berjalan maksimum
bila terdapat banyak cahaya. Dalam percobaan terlihat bahwa eksplan (bahan
tanam) yang ditumbuhkan dalam intensitas cahaya yang tinggi daunnya berwarna
lebih hijau daripada eksplan yang ditumbuhkan dalam intensias cahaya yang
rendah, selain itu daun eksplan yang ditumbuhkan dalam intensitas cahaya tinggi
lebih berat daripada daun eksplan (bahan tanam) yang ditumbuhkan dalam
intensitas cahaya rendah. (Pertamawati, 2010)
Pengaruh cahaya terhadap fotosintesis
tanaman air dapat dilihat dari kadar oksigen terlarut yang terditeksi sensor.
Pada kondisi terang, laju fotosintesis lebih besar dibandingkan pada kondisi
gelap. Selain cahaya, faktor lain yang juga mempengaruhi laju fotosintesis
adalah jenis mineral yang terdapat dalam air (akuades, minyak, air mineral) dan
volume tanaman itu sendiri. Semakin besar kadar mineral dan volume tanaman yang
dimiliki, semakin besar meningkat pula laju fotosintesisnya. (Yasin et al,
2011)
Untuk mengatur cahaya bagi fotosintesis
tanaman perlu adanya pemberian naungan. Perlakuan naungan, volume penyiraman yang
berbeda dan interaksi kedua faktor memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap kecepatan pembungaan rosella. Tanaman tanpa naungan yang berarti
mendapat intensitas cahaya tertinggi paling cepat berbunga diikuti naungan 55%
dan yang paling lama berbunga pada naungan 75%. (Astuti dan Darmanti, 2010)
BAB
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 7 Maret 2013 bertempat di Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat dan
Bahan
3.2.1 Alat
1.
Beaker glass 1000ml
2.
Stopwatch
3.
Hand counter
4.
Lampu dengan 5 warna berbeda yaitu
merah, kuning, hijau, dan biru serta polikromatik
5.
Pinset
6.
Gunting
7.
Mika 5 warna (sesuai warna lampu)
8.
Benang
9.
Pemberat (batu)
3.2.2 Bahan
1.
Tanaman Hydrilla sp
2.
Aquadest
3.3 Cara Kerja
1.
Menyiapkan lampu dan beakerglass 1000ml.
Mengisi beakerglass dengan aquadest ±3/4 bagian
2.
Menyiapkan dan memotong bahan Hydrilla
sp (pada batang primer), saat memotong usahakan didalam air.
3.
Memasukkan Hydrilla yang sudah dipotong
kedalam dasar beakerglass yang sudah terisi aquadest
4.
Menghidupkan lampu dengan warna-warna
yang berbeda dan diamkan selama 5 menit. Kemudian mengamati perubahan yang
terjadi interval 5menit
5.
Menghitung jumlah oksigen yang muncul
dipermukaan air menggunakan hand counter.
6.
Membandingkan dan menganalisa pengaruh
dari warna cahaya terhadap volume oksigen yang dihasilkan.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel pengamatan.
|
No.
|
Warna
|
Waktu
|
Jumlah
|
||
|
1
|
Polikromatik
|
5’ I
|
5’ II
|
496
|
380
|
|
2
|
Merah
|
5’ I
|
5’ II
|
48
|
51
|
|
3
|
Kuning
|
5’ I
|
5’ II
|
893
|
759
|
|
4
|
Biru
|
5’ I
|
5’ II
|
1
|
1
|
|
5
|
Hijau
|
5’ I
|
5’ II
|
0
|
0
|
4.2 Pembahasan
Fotosintesis
dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor utama yang mempengaruhi laju
fotosintesis adalah sebagai berikut :
1.
Intensitas Cahaya , semakin banyak
cahaya yang masuk semakin maksimal proses fotosintesis pada tumbuhan.
2.
Kadar air, kebutuhan air pada tanaman
harus tercukupi karena apabila kekurangan air atau kekeringan menyebabkan
stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju
fotosintesis.
3.
Konsentrasi karbondioksida, semakin
banyak karbondioksida yang ada di udara, semakin banyak pula jumlah bahan yang
didapatkan tumbuhan untuk melangsungkan kegiatan fotosintesis.
4.
Suhu, enzim-enzim yang bekerja dalam
proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Pada umumnya laju
fotosintesis meningkat seiring meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim
5.
Kadar
fotosintat (hasil fotosintesis), Jika kadar fotosintat seperti
karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Namun, jika kadar
fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, maka laju fotosintesis akan
berkurang.
Fotosintesis memerlukan cahaya yang
umumnya berasal dari cahaya matahari. Namun, tidak semua cahaya matahari berguna
untuk fotosintesis tetapi hanya cahaya dengan panjang gelombang tertentu yang
bermanfaat untuk memecah molekul air dalam proses fotosintesis. Cahaya yang
digunakan dalam fotosintesis adalah cahaya yang tampak, dengan rentang panjang
gelombang 400-760 nm. Gelombang cahaya tampak yang terpendek adalah cahaya ungu
dan yang terpanjang adalah cahaya yang merah. Berdasarkan panjang gelombangnya,
kualitas cahaya dibedakan menjadi :
a.
Panjang gelombang 400-435 mµ berwarna
ungu
b.
Panjang gelombang 435-490 mµ berwarna
biru
c.
Panjang gelombang 490-574 mµ berwarna
hijau
d.
Panjang gelombang 574-595 mµ berwarna
kuning
e.
Panjang gelombang 595-626 mµ berwarna
orange
f.
Panjang gelombang 626-760 mµ berwarna
merah
Dalam kegiatan fotosintesis setiap
tanaman menghasilkan oksigen yang berbeda-beda. Oleh karena itu dalam praktikum
kali ini kita menggunakan tanaman hydrilla sp sebagai bahan pengamatan karena
tanaman hydrilla ini merupakan tanaman yang hidup di air, sehingga memudahkan
kita untuk mengetahui berapa banyak gelembung udara (oksigen) yang dihasilkan
dari suatu proses fotosintesis. Selain itu, hydrilla ini merupakan tumbuhan
spermatophyta yang hidup di air, sehingga ia memiliki bentuk adaptasi yang
berbeda dengan spermatophyta darat, memiliki kloroplas dan klorofil yang terdapat
didalamnya. Pada daunnya, dapat pula diamati proses aliran sitoplasmanya yaitu
pada bagian sel – sel penyusun ibu tulang daun yang memanjang di tengah –
tengah daun. Pada hydrilla juga terdapat trikoma yang berfungsi untuk mencegah
penguapan yang berlebihan.
Dari data yang didapat jumlah
oksigen yang didapat paling banyak pada 2 interval 5 menit yaitu warna kuning
dengan jumlah 893 pada 5 menit pertama dan menurun pada 5 menit kedua yaitu
dengan jumlah 759. Dengan data yang demikian spektrum warna kuning tidak bagus
untuk pencahayaan jangka panjang karna semakin lama pencahayaan maka proses
fotosintesis akan semakin menurun karna terjadi pembatas cahaya. Pada spektrum
warna hijau hasil oksigen yang diperoleh selama jangka waktu 2 interval 5 menit
yaitu 0. Hal ini dikarnakan sifat klorofil yang jika warna cahaya sama maka
akan dipantulkan kembali.
Pada spektrum warna merah (620-750
nm) diperoleh data pada 5 menit pertama sebanyak 48 dan pada 5 menit kedua
yaitu 51, dengan demikian semakin lama pencahayaan dengan spektrum merah
semakin lama semakin banyak oksigen yang diperoleh, hal ini dikarenakan
spektrum merah sesuai dengan panjang gelombang pada proses fotosistem I (700
nm) dan fotosistem II (680 nm).
BAB
5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Fotosintesis
merupakan proses pembentukan makanan (glukosa) pada tumbuhan yang mengandung
zat hara, air dan karbondioksida dengan bantuan sinar matahari. Pada proses
fotosintesis, tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut
klorofil. Faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis adalah intensitas
cahaya, suhu, kadar air, konsentrasi karbon dioksida, dan kadar fotosintat.
Fotosintesis
memerlukan cahaya yang umumnya berasal dari cahaya matahari. Tidak semua cahaya
matahari berguna untuk fotosintesis tetapi hanya cahaya dengan panjang
gelombang tertentu yang bermanfaat untuk memecah molekul air dalam proses
fotosintesis.
5.2
Saran
Bagi praktikan,
dalam kegiatan praktikum didalam laboratorium seharusnya tidak membuat
kesibukan sendiri agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sehingga
proses kegiatan praktikum berjalan lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Ai, Nio Song. 2012. Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Jurnal
Ilmiah Sains 12(1)
Astuti, T dan Darmanti S.
2010. Produksi
bunga rosella (hibiscus sabdariffa l.)
Yang
diperlakukan dengan naungan dan volume Penyiraman air yang berbeda .Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, 11 (1)
Daniyati R, yudoyono G, Rubiyanto A. 2012. Desain Closed
Photobioreaktor Chlorella Vulgaris Sebagai Mitigasi Emisi CO2. Jurnal sains dan seni its vol. 1.
Frank
dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan.Bandung: ITB Bandung.
Jumin,
Hasan Basri.1994. Dasar dasar Agronomi.
Jakarta utara: RajaGrafindo Persada.
Jumin,
Hasan Basri. 1989. Ekologi Tanaman.
Jakarta: Rajawali press.
Pertamawati. 2010. Pengaruh fotosintesis terhadap Pertumbuhan tanaman
kentang
(solanum
tuberosum l.) Dalam lingkungan Fotoautotrof secara invitro. Jurnal Sains
dan Teknologi Indonesia Vol. 12.
Thenawidjaja,
Maggy. 1990. Dasar dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Yasin, A, et al. 2011. Pengaruh Intensitas Cahaya Dan Kandungan
Mineral Pada Berbagai Media Tumbuh Terhadap Laju Fotosintesis Tanaman Hias
Hidrofit Elodea (Elodea Canadensis). IPB Bogor.
Langganan:
Komentar (Atom)